Chapter 301: Kekuatan Yin dan Yang
Chapter 301: Kekuatan Yin dan Yang
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuat Hannah menjadi salah satu perempuan yang tidak bisa lepas dari dirinya, sisanya dia tinggal meyakinkan Inggrid saja.
Memikirkan hal ini, Randika tidak bisa menahan air liurnya untuk menetes. Dia lalu berjalan menuju Hannah yang masih sibuk membasuh tubuhnya itu.
Gua ini benar-benar sunyi, suara langkah kaki dapat terdengar dengan jelas. Ketika Hannah mendengar suara langkah kaki itu, dia menoleh dan mendapati bahwa Randika sudah sadar dan berjalan menghampirinya.
Sialan, aku ketahuan!
Randika sedikit malu karena hal ini, kenapa Hannah tiba-tiba menoleh ke dirinya? Jika dia tidak menoleh, dia akan menyerangnya dari belakang.
Randika awalnya ingin memberi sebuah alasan, tetapi tiba-tiba, kedua mata Hannah dibanjiri dengan air mata. Kesedihan dan kesepian yang menghantui dirinya selama ini langsung keluar bersama air matanya, dia lalu berlari menuju Randika dan hendak memeluknya.
"Kak Randika? Kak Randika!"
Hannah tidak bisa berhenti menangis, Randika sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Karena ketika Hannah berlari menuju dirinya, kedua dadanya yang besar itu naik turun tiada henti. Dada yang kenyal itu pertanda bahwa Hannah tumbuh dengan sehat.
Kenapa perempuan diciptakan dengan tubuh menggoda iman para lelaki seperti ini? Terutama perempuan cantik seperti Hannah begini kenapa dipersenjatai dengan figur tubuh yang kelas dunia juga? Mana ada lelaki yang dapat menahan diri mereka ketika dipeluk seperti ini? Oleh karena itu, perempuan cantik seperti Hannah ini merupakan sebuah karya seni yang tidak ternilai.
Meskipun Hannah dua hari ini terlihat tegar, dia sebenarnya ketakutan. Dia belum pernah mengalami kejadian seperti ini dan dia benar-benar takut Randika akan mati di hadapannya. Jadi ketika melihat Randika sudah berdiri dengan kedua kakinya, Hannah tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berlari ke arahnya. Dia bahkan tidak sadar kalau dia masih telanjang bulat ketika dia menerjang ke arah Randika.
"Syukurlah kak, Hannah benar-benar kesepian."
Pada saat ini, Randika menelan air ludahnya kembali. Hannah yang emosional itu memeluk dirinya dengan erat. Randika dapat merasakan kedua puting Hannah yang mengeras itu menempel di dadanya. Randika semakin tidak bisa menahan dirinya lagi.
Randika tidak kuasa menahan dirinya lagi, kedua tangannya itu secara tidak sadar berusaha meremas dada dan pantat Hannah. Tetapi air mata Hannah yang menempel di dirinya itu menggagalkan niatnya.
Jika saja Hannah bersikap lebih dewasa dan lebih memperhatikan pakaiannya, levelnya sebagai perempuan cantik sudah berada di level kakaknya. Randika yakin orang yang mengejar Hannah akan sama banyaknya dengan yang mengejar Inggrid.
"Sudah tidak usah menangis seperti itu, aku sudah baik-baik saja." Randika menahan niat jahatnya itu. Melihat Hannah yang menangis tersedu-sedu, hati kecil Randika juga ikut melunak. Dia teringat dengan usaha Hannah yang begitu luar biasa bagi dirinya. Terlebih lagi, kalau bukan karena usaha Hannah dalam menangkap ikan-ikan itu, dia sudah pasti mati.
Randika memeluk punggung telanjang Hannah, sensasi itu sama nikmatnya dengan yang di depan.
"Kak, ini bukan mimpi kan? Kamu benar-benar sudah sadar?" Setelah menangis beberapa saat, Hannah mengangkat kepalanya dan menatap Randika.
"Iya ini sungguhan aku." Randika lalu mencubit pipi Hannah dan tersenyum padanya. "Terima kasih telah menjagaku selama ini, aku sekarang sudah jauh lebih baik."
Hannah tersipu ketika melihat senyuman Randika, dia hanya mengangguk kecil. Setelah meluapkan seluruh perasaannya dengan menangis, Hannah jauh merasa lebih baik.
"Bagaimana luka-lukamu?" Tanya Hannah dengan cemas.
"Berkat bantuanmu, luka di tubuhku itu sudah perlahan sembuh seperti dulu." Randika tersenyum lebar dan membelai rambut Hannah. Jika bukan karena usaha Hannah kemarin, dia benar-benar akan mati di tempat.
"Bantuanku?" Wajah Hannah terlihat bingung. Memangnya hubungannya apa dengan luka di tubuh Randika dengan bantuannya?
"Kalau bukan karena makanan yang kamu berikan itu, aku tidak akan pernah bangun lagi. Saking enaknya aku sampai mencari-cari makanan itu dengan lidahku." Wajah Randika tersenyum lebar, sedangkan Hannah tersipu malu karena mendengar perkataan Randika itu. Baginya kemarin ciuman French Kiss itu pertama baginya, sekarang setelah Randika membahasnya dia tidak berani melihat wajahnya.
"Han, ikan-ikan itu benar-benar bermanfaat bagi tubuhku. Bagaimana kalau nanti kamu menyuapiku lagi seperti kemarin?" Tanya Randika.
Wajah Hannah semakin merah, memang sejak kemarin dia mencium Randika terus-menerus tetapi dia melakukannya karena Randika membutuhkan pertolongannya. Sedangkan sekarang Randika sudah sadar dan seharusnya bisa makan sendiri bukan?
Ketika Hannah malu-malu ingin mengangguk setuju, dia tiba-tiba sadar bahwa kakak iparnya itu hanya bermaksud menggodanya.
"Kak, bisa-bisanya kakak bercanda di saat seperti ini." Kata Hannah dengan mulut cemberut. Ketika Hannah yang bermata merah itu menatap dirinya, Randika tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mencium Hannah.
Pada saat ini, Hannah masih memeluk erat Randika. Di saat mereka hendak berciuman, Randika dapat merasakan kedua dada Hannah yang empuk itu makin menggoda bagi dirinya. Tetapi karena kondisinya masih tidak memungkinkan untuk berbuat lebih, dia memutuskan untuk mencium kening Hannah. Sambil memisahkan diri, Randika berkata pada Hannah sambil tersenyum. "Han, jangan terlalu banyak bergerak. Kamu sedang tidak memakai baju, jika kamu bergerak lagi nanti tombolku akan nyala dan aku tidak berhenti sama sekali."
Mendengar hal ini, Hannah benar-benar terkejut bukan main. Karena saking senangnya Randika sudah tersadar dari tidurnya, dia benar-benar lupa bahwa dia sedang tidak memakai apa-apa.
"Ah! Jangan lihat kak! Tutup matamu, tidak, balik badan sana dan jangan mengintip."
Hannah langsung melepaskan pelukannya dan menutupi badannya dengan kedua tangannya.
Randika hanya berdiri diam dan memperhatikan Hannah, bukankah dada itu sudah menyentuh dirinya? Kenapa Hannah masih malu memperlihatkan tubuhnya itu?
Namun Randika tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Hannah. Hannah sendiri tidak menyangka Randika akan tiba-tiba bangun dan berjalan menghampirinya. Pada waktu Hannah melihat dirinya, tanpa berpikir panjang adik iparnya itu langsung berlari ke arahnya karena saking leganya dan menangis di pelukannya Randika, dia sama sekali tidak sadar bahwa dia sedang telanjang.
"Kak! Sudah jangan ngintip terus, balik badan sekarang!" Melihat Randika yang masih menatap dirinya, Hannah menjadi marah.
"Aku pakai baju dulu dan jangan berani-berani mengintip!" Kata Hannah sambil terus menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.
"Jangan khawatir, lagipula kita keluarga bukan? Buat apa malu-malu begitu, sudah sana cepat pakai bajumu."
Hannah dengan cepat berlari menuju pinggiran kolam dan mengambil pakaiannya. Sesekali dia akan mengintip Randika dan menyadari bahwa kakak iparnya itu sama sekali tidak berusaha mengintipnya, ini membuat Hannah merasa lega.
Randika sendiri tidak perlu mengintipnya lagi karena dia sudah merekam tubuh telanjang Hannah di benaknya ketika dia membasuh badannya tadi. Ingatan itu tidak akan pernah hilang dari pikirannya untuk selamanya.
Tak lama kemudian, Hannah berkata pada Randika. "Sudah kak, kak Randika boleh menoleh."
Randika menoleh dan melihat Hannah lalu mengatakan. "Kamu benar-benar cantik."
"Sudah jangan bercanda kak." Mendengar pujian itu, hati Hannah sedikit merasa senang.
Melihat kakak iparnya ini tidak berubah, Hannah benar-benar senang. Dia segera menghampirinya dan berbincang-bincang.
Ketika keduanya berbincang, mata Randika memeriksa gua ini sekali lagi.
Kemarin dia hanya sempat sekilas memerika gua ini sebelum dirinya pingsan, sekarang dia berusaha memahami lingkungannya ini.
"Kak, ikan yang kakak makan itu berasal dari kolam itu." Kata Hannah sambil menunjuk kolam berdiameter 10 meter itu.
Mata Randika tertuju pada kolam tersebut. Seketika itu juga, ada beberapa ikan yang meloncat dari air dengan semangat.
Keduanya lalu berjalan menghampiri kolam itu, Randika lalu mencelupkan tangannya ke dalamnya. Tangan Randika sudah seperti jaring, dalam sekejap dia sudah berhasil menangkap seekor ikan.
Hannah yang terpukau itu langsung bertepuk tangan, dia sendiri tahu betapa susahnya menangkap ikan itu. "Kak Randika memang luar biasa."
Hannah sendiri harus bersabar ketika menangkap ikan-ikan itu kemarin, tetapi sekarang kakak iparnya bisa menangkapnya dengan satu tangan dan dalam waktu yang singkat.
Randika lalu menatap ikan itu lekat-lekat, inikah ikan yang dimakan dirinya kemarin?
Setelah dilihat-lihat, ikan ini berbeda dengan ikan yang pernah dilihatnya. Sepertinya habitat ikan ini hanya di kolam dingin ini saja.
Setelah memegangnya beberapa saat, Randika memasukan ikan itu hidup-hidup ke mulutnya dan mulai mengunyahnya.
Setiap gigitan yang dilakukannya, sebuah energi mulai masuk ke dalam tubuhnya. Ketika dia menelannya, energi yang sebelumnya berhenti menyerap kekuatan misterius di dalam tubuhnya, mulai bergerak kembali.
Mata Randika berbinar-binar. Ketika dia melihat kolam dingin itu, hatinya benar-benar senang.
Kekuatan misterius di dalam tubuhnya itu benar-benar merepotkan dirinya selama ini dan sekarang ia sedang terpojok berkat energi yang berasal dari ikan-ikan ini dan pil obat kakeknya. Randika tidak menyangka bahwa ikan-ikan ini mempunyai kekuatan untuk menyerap kekuatannya itu.
Inikah kekuatan alam?
Yin dan Yang adalah konsep dalam filosofi Cina yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan bagaimana mereka saling membangun satu sama lain. Kekuatan misterius yang ada di dalam tubuhnya itu kuat, kasar dan mendominasi ini bisa dikatakan Yang. Sedangkan energi yang terkandung pada ikan ini lebih bersifat lembut seperti Yin. Keduanya lalu menciptakan harmonisasi dan bersatu.
Sepertinya itulah penjelasan yang paling masuk akal bagi Randika.
"Hmm? Ada apa kak?" Hannah cemas ketika Randika tiba-tiba terdiam setelah memakan ikan yang ditangkapnya.
"Tidak apa-apa, tetapi rasanya aku perlu masuk ke dalam kolam dan mandi." Kata Randika sambil tertawa. Lalu di bawah tatapan mata Hannah, Randika benar-benar membuka baju dan celananya.
"Kak!" Hannah terkejut ketika melihatnya, bukankah ini pelecehan seksual?
Ketika Randika sudah telanjang, dia meletakkan pakaiannya agak jauh dari kolam sebelum menceburkan dirinya ke dalam kolam. Sedangkan Hannah yang menutupi wajahnya dengan tangannya, berusaha mengintip Randika dari sela-sela jarinya. Dia penasaran seberapa besar barang kakak iparnya itu.
Kemudian di bawah tatapan mata Hannah yang sembunyi-sembunyi itu, Randika sudah melompat dan menceburkan diri ke dalam kolam dingin tersebut.