Chapter 294: Hasil yang Tidak Terduga
Chapter 294: Hasil yang Tidak Terduga
Fokus Randika benar-benar terletak pada Hannah dan Inggrid yang tertangkap, dia tidak menyadari serangan yang datang dari belakang! Dalam sekejap, dia menerima 2 pukulan tepat di belakang kepalanya.
Seluruh tubuh Randika tersungkur ke tanah. Setelah berusaha berdiri, Randika menyadari Ivan yang sedang menatapnya sambil tersenyum lebar.
"Menyerahlah dan matilah atau aku akan membunuh mereka berdua." Ivan tidak main-main.
"Kak, larilah dan tidak usah pedulikan kami." Hannah tidak rela melihat kakak iparnya itu tersakiti. Ini juga merupakan salahnya dan kakaknya karena tidak segera kabur meskipun jumlah yang mengawasi mereka sudah sedikit.
Randika sudah mulai gila, kekuatan misteriusnya itu tiap detiknya ingin mengambil alih kesadarannya. Sambil menampar tanah, Randika berdiri dan menatap tajam ke arah Ivan sambil terus mempertahankan kesadarannya.
"Bukankah kau ingin membunuhku? Kenapa kau sampai melakukan tindakan pengecut seperti itu? Apa kau takut mati di tanganku?" Teriak Randika.
"Karena aku tahu bahwa mereka berdua ini adalah kelemahanmu." Kata Ivan dengan nada dingin. Kedua pengawalnya itu makin erat menggenggam pisau mereka di leher Inggrid dan Hannah.
Batas kesabaran Randika hampir meledak ketika dia melihat darah yang mengalir di leher istrinya itu. Pada saat ini, sebuah serangan pisau dari Dark Knife mengarah pada pundaknya dan Randika sama sekali tidak bergerak. Pisau itu menancap dengan kokoh dan mengucurkan darah segar dari balik baju.
Setelah itu, tiba-tiba pak tua Fan menendang wajah Randika dengan keras. Melihat kesempatan emas ini, Dark Knife dan pak tua Fan tidak segan-segan memanfaatkannya. Dalam sekejap mereka menghajar Randika hingga babak belur.
Randika, yang hanya bisa menerima serangan musuhnya ini, sudah hampir di ambang batasnya.
Setelah bertarung sekali dengan Randika, Ivan tahu bahwa ledakan tenaga Randika ini hanya berlangsung sebentar. Sesudahnya ledakan energi itu, Randika sudah bukanlah apa-apa.
Karena Inggrid dan Hannah berada di tangan Ivan, Randika sama sekali tidak berdaya. Ketika dia ingin balas menyerang, Ivan selalu mengancam akan membunuh Inggrid dan Hannah. Tangan Randika benar-benar terikat.
Melihat pemukulan ini, hati Inggrid semakin sakit dan air mata hanya bisa menetes. Dia sama sekali tidak berdaya ketika suaminya dihajar hingga babak belur.
Seiring berjalannya waktu, tenaga dalam Randika mulai habis dan dia sudah nyaris pingsan.
Tindakan Ivan ini benar-benar pengecut.
Tidak tahan dengan kejadian ini, Hannah menoleh ke arah Ivan dan berkata padanya. "Paman, aku dulu menaruh hormat padamu tetapi aku tidak menyangka bahwa paman hanya seorang bajingan."
"Aku bajingan?" Ivan tertawa. "Aku punya uang dan semua hal di dunia ini bisa dibeli dengan uang. Aku hanya memakai uangku ini untuk membunuh bajingan keparat satu itu yang telah membunuh anakku."
Inggrid juga ikut berusaha meyakinkan Ivan agar menghentikan serangannya. "Paman, meskipun aku ikut bersedih atas kematian Hans, kita tidak bisa memutar balikkan waktu lagi. Kenapa kita tidak berusaha memperbaikinya? Keluarga kita masih berteman baik dan kami juga siap memberikan kompensasi sebagai permintaan maaf."
"Kompensasi? Apa gunanya hal itu? Apa itu bisa membuat anakku kembali hidup?" Ivan menjadi marah. "Jika bukan karena kamu Inggrid, anakku itu pasti masih hidup! Hari ini aku akan membuat pria yang kau sebut suami itu mati di depan matamu."
Melihat usahanya sia-sia, Inggrid sudah menyerah untuk membujuk kepala keluarga Alfred ini. Namun, permasalahannya tetaplah dirinya dan Hannah yang tertangkap ini. Jika mereka berdua masih tertangkap, maka lama kelamaan Randika akan mati.
Memikirkan kemungkinan itu, air mata Inggrid makin deras. Benar, dia telah menjadi kelemahan dari Randika. Jika bukan karena dirinya, bagaimana mungkin Randika berada di kondisi yang sekarang?
Tetapi, Randika lagi-lagi meraung keras. Meskipun menerima serangan bertubi-tubi, kembali terjadi ledakan tenaga pada Randika. Matanya yang merah sudah bagaikan dewa pembunuh yang mencari mangsa. Ledakan tenaga ini membuat musuhnya kembali waspada.
Ketika melihat hal ini, Ivan hanya mendengus dingin dan menyuruh kedua pengawalnya itu mengikat Inggrid dan Hannah menjadi satu.
"Lepaskan aku!" Hannah berusaha melepaskan diri tetapi semua itu tetap percuma. Dia dan Inggrid tidak bisa melawan sama sekali. Setelah tali itu berhasil mengikat mereka, para pengawal itu tinggal mendorong kedua kakak adik ini dan mereka akan terjun bebas ke bawah gunung.
"Randika!"
Ivan berteriak pada Randika yang sedang bertarung. Di tengah pembantaiannya, Randika menoleh dan melihat situasi yang dialami oleh Inggrid dan Hannah. Dalam sekejap Dewa Perang ini berhenti bergerak.
"Inggrid, Hannah!"
Randika kehilangan fokusnya dan Dark Knife dan pak tua Fan memanfaatkan kesempatan ini untuk melukai Randika lagi.
Para pendaki yang merekam kejadian ini hanya bisa kasihan pada Randika. Mereka ingin menolongnya tetapi pertarungan seperti ini bukanlah panggung milik mereka, adanya mereka akan terbunuh dengan mudah. Cara para penjahat itu memang sangat licik.
Hannah berusaha melarikan diri tetapi ikatan talinya itu benar-benar erat. Inggrid hanya bisa menangis melihat suaminya itu dipukul habis-habisan.
Jika saja dia tidak menjadi beban, Randika tidak akan menjadi seperti itu.
Ivan sangat puas ketika melihat Randika memuntahkan seteguk darah segar, sekarang dialah yang mengontrol pertarungan ini. Jika Randika berani macam-macam, maka dia harus mengucapkan selamat tinggal pada istri dan adik iparnya itu.
Tubuh Randika sudah dipenuhi luka dan memar, dia sama sekali tidak bisa melawan. Selama kondisi Randika masih mengamuk, Ivan akan selalu mengingatkan bahwa nyawa Inggrid dan Hannah berada di tangannya.
Inggrid sudah tidak tahan melihat kejadian ini, dia akhirnya membulatkan tekadnya. Dia lalu berkata pada Hannah. "Han, setelah ini kamu harus lari sekuat tenagamu ya. Kakak harap kamu bisa menemukan kebahagian di hidup ini."
Hannah merasakan firasat buruk ketika mendengarnya. "Kak, jangan berpikiran bodoh."
Dan tentu saja, Inggrid berhasil melepaskan diri dari ikatannya dan menggigit tangan pengawal yang menjaga mereka dan mendorongnya hingga terjatuh di tanah. Kemudian setelah memastikan Hannah telah bebas, Inggrid meloncat dari atas tebing!
"KAK!"
Hannah dengan cepat berusaha menangkap tangan Inggrid. Namun, Hannah justru ikut jatuh bersama Inggrid dan keduanya terjun bebas menuju kaki gunung!
"Ahhhhh!!"
Inggrid dan Hannah hanya bisa berteriak.
"Inggrid, Hannah!" Randika yang sibuk bertahan itu menyadari tindakan nekat Inggrid, tetapi semua sudah terlambat.
Tatapan mata Randika terpaku pada ujung tebing.
Randika tanpa ragu-ragu menyalurkan tenaga dalamnya ke kakinya dan berlari menuju Inggrid dan Hannah. Namun, Dark Knife dan pak tua Fan tidak membiarkan Randika kabur. Tetapi, aura membunuh Randika yang sangat pekat itu membuat mereka berhenti bergerak sejenak. Mereka belum pernah merasakan aura membunuh yang sepekat ini.
Setelah sadar dari linglungnya itu, mereka berdua terlambat setengah langkah oleh Randika. Dark Knife langsung melemparkan pisaunya sedangkan pak tua Fan melemparkan pedang yang dia pungut dari tanah. Dengan tenaga dalam yang sudah mengalir di kedua tangannya, Randika mementalkan semua serangan itu dengan ledakan energi. Kemudian tanpa ragu-ragu, Randika meloncat ke arah Inggrid dan Hannah.
Semua ini terjadi begitu cepat, orang awam sama sekali tidak bisa memproses kejadian ini dengan cepat. Melihat sosok Randika yang terjun itu, wajah Ivan menjadi muram.
Sedangkan para pendaki yang sibuk merekam itu sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Dia melompat turun demi kedua perempuan itu? Apa dia berniat mati bersama-sama?
Setelah Randika meloncat turun, puncak gunung ini sudah dipenuhi oleh mayat bertebaran. Suasana berat dan mencekam itu kembali menjadi tenang. Dark Knife dan pak tua Fan menggotong Jessica yang pingsan dan pergi dari situ. Jika pertarungan tadi tidak ada campur tangan dari Ivan, mungkin mereka bertiga ini sudah mati.
Orang-orang yang tersisa dari pertempuran ini menghampiri tuan mereka Ivan. Hasil dari pertarungan ini benar-benar di luar dugaan Ivan. Randika, Inggrid dan adiknya Hannah sama-sama mati karena jatuh dari puncak gunung.
Wajah Ivan terlihat tidak puas, dia menatap ke bawah dari atas tetapi tidak dapat menemukan apa-apa. Asal tahu saja, ketinggian gunung ini mencapai 1500 mdpl. Jika dia mengerahkan seluruh kekuatan keluarganya, kesempatan dirinya menemukan ketiga mayat itu masih tetap kecil.
Terlebih lagi, jika orang berani meloncat dari puncak gunung ini, sudah hampir 99,99999% mereka akan mati.
"Tuan, apa langkah berikutnya?" Para bawahannya itu menunggu perintah. Tetapi Ivan sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Sejujurnya, hasil seperti ini bukanlah hasil yang dia inginkan. Dia hanya ingin membunuh Randika, sedangkan untuk Inggrid dan Hannah dia bisa memanfaatkannya untuk mengeksploitasi kekayaan keluarga Laibahas.
Tetapi di luar dugaannya, Inggrid Elina melompat dari atas tebing agar tidak menjadi beban bagi Randika!
Kejadian ini pasti sampai di telinga keluarga Laibahas dan tentu Ivan akan menjadi pelaku utamanya. Jika sampai itu terjadi, kedua keluarga aristokrat ini akan perang habis-habisan sampai salah satu dari mereka hancur!
"Kirim beberapa orang untuk menemukan mayat mereka." Kata Ivan.
Setelah para bawahannya itu pergi dan mencari mayat ketiga korban itu, Ivan sama sekali tidak berharap banyak. Gunung yang luas dan hutan yang rindang ini benar-benar terlalu luas untuk diperiksa seluruhnya.
Tidak sampai 15 menit, seseorang berlari menuju Ivan sambil tergesa-gesa. "Tuan, kami menemukan nona Inggrid! Beliau masih hidup!"
Mendengar hal ini, Ivan dengan cepat berlari menuju lokasi. Apa yang dilihatnya benar-benar keajaiban, dia melihat Inggrid yang pingsan sedang tersangkut di pohon tanpa terluka sama sekali.
"Turunkan dia!"
Di puncak gunung, para pendaki itu akhirnya bisa bernapas lega setelah melihat Ivan dan bawahannya itu meninggalkan tempat ini. Apa yang telah terjadi di puncak gunung ini benar-benar momen yang tidak terlupakan. Mereka tidak menyangka bahwa di Indonesia terdapat kekuatan tersembunyi seperti itu.
Setelah menurunkan Inggrid, para bawahan Ivan itu kembali mencari Randika dan Hannah selama beberapa saat. Tetapi mereka tidak menemukan petunjuk sama sekali.
Bisa dikatakan bahwa Randika dan Hannah terjatuh ke kaki gunung sedangkan Inggrid benar-benar beruntung tersangkut di pohon tidak jauh dari tempat dia meloncat tadi.
"Tuan, kami sudah memeriksa sekeliling sebanyak 3x dan tidak menemukan apa-apa."
"Aku yakin orang itu sudah pasti mati di kaki gunung."
Ivan sama sekali tidak menjawab. Meskipun dia ingin memastikan Randika telah mati, mencari mayatnya di gunung ini bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami.
Pada akhirnya, Ivan hanya bisa percaya bahwa Randika telah mati. Tidak ada manusia yang bisa selamat jika jatuh dari ketinggian ini.
"Bersiaplah untuk turun." Kata Ivan.
Orang-orang mungkin tidak menyangka bahwa orang yang telah berhasil membunuh Ares sang Dewa Perang bukanlah salah satu dari 12 Dewa Olimpus melainkan seorang ayah yang ingin membalaskan dendam anaknya.