Chapter 292: Cuma Segini?
Chapter 292: Cuma Segini?
Hampir bersamaan dengan vonis hukuman mati Ivan, para orang berbaju hitam itu menerjang ke arah Randika. Randika sendiri sudah menerjang ke arah mereka dan membunuh siapapun yang berani menantangnya.
Melihat kedua belah kubu yang bertarung, para pendaki yang memutuskan untuk melihat kejadian ini hingga akhir sudah berdoa untuk Randika. Bagaimana bisa satu orang melawan orang segitu banyak?
"Kasihan dia."
Semua orang sudah mengucapkan belangsukawa mereka. Belum lagi lawan Randika itu membawa senjata, sudah pasti nyawa Randika melayang sebentar lagi.
Tetapi kejadian berikutnya membuat orang-orang ini menganga.
Randika seorang diri menerjang ke tengah-tengah musuhnya. Orang-orang berbaju hitam itu sudah mengepung Randika dan senjata mereka sudah mengarah pada Randika.
Dengan cepat mereka ingin menebas Randika hingga jadi dua, tetapi benarkah Ares ini terkepung?
Tenaga dalamnya mulai mengalir ke seluruh tubuh dan energinya langsung menyelimuti seluruh tubuh Randika. Randika sudah bagaikan bayangan, berlarian ke sana kemari menghindari serangan dengan elegan bagaikan sedang menari.
Tidak hanya menghindar, Randika juga memberi serangan balik. Orang-orang ini berniat membunuhnya terus buat apa dia sungkan-sungkan menyimpan tenaganya? Jika dia hanya bertahan saja maka lama kelamaan dia akan kehabisan tenaga dan terpojok.
Pedang dan pisau yang digunakan para orang berbaju hitam itu selalu menebas udara kosong, yang mereka terakhir kali lihat adalah kepalan tinju Randika yang mematahkan leher mereka dalam sekejap.
Pada saat yang sama, Randika menendang ke arah kanan pada lawannya yang berusaha mengapitnya. Pedang yang tertinggal itu langsung diambil oleh Randika dan dia pun membuka jalan penuh darah. Di mana pun Randika menebas, selalu ada satu nyawa yang melayang.
Bahkan 1000 mayat pun tidak bisa meredakan nafsu membunuh Ares!
Meskipun sudah membunuh banyak, Randika masih terkepung. Tidak ada pilihan lain, Randika menerjang maju dan membunuh mereka satu per satu.
"Kak Randika memang hebat!" Hannah yang bersembunyi dengan Inggrid itu sangat senang melihat kakak iparnya itu menghajar penjahat itu satu per satu.
Semua pendaki yang ikut bersembunyi itu sudah terheran-heran, apa dia masih manusia?
Secara logika saja 1 lawan 50 tentu saja yang menang 50 orang. Mungkin 3-5 orang berhasil dikalahkan itu sudah bisa dianggap luar biasa, tetapi kenapa sepertinya 1 orang ini yang akan menang? Jika hal ini terus berlangsung, bisa-bisa hal itu benar-benar terwujud. Apa dia keturunan dari Dewa Perang?
Orang-orang berusaha merekam kejadian ini tetapi mereka tidak bisa menemukan sosok Randika sama sekali. Mata orang-orang sudah terbelalak, cepat sekali orang itu!
Ivan menatap Randika dengan tajam, sepertinya Randika telah jauh berkembang sejak terakhir kali mereka bertemu.
Namun, Ivan sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai Randika. Setelah perjalanannya ke Jepang, Randika semakin memahami situasi tubuhnya. Terlebih kekuatan misterius di dalam tubuhnya itu bahkan lebih kuat daripada tenaga dalamnya yang asli. Berkat kekuatan misterius itu, dia bisa mengalahkan Apollo dan Brahman sekaligus.
Melihat anak buahnya satu per satu mati ataupun pingsan, muka Ivan sudah mulai muram. Dari 50 orang sekarang tinggal 20 orang saja, kekuatan tempur Randika memang luar biasa.
Tentu saja, mereka hanyalah keroco-keroco saja. Untuk membunuh Randika, Ivan sudah mengundang dan mengontrak para ahli bela diri elit dan mendatangkan tim pembunuhnya. Dari awal memang tugas para keroco itu adalah membuat lelah Randika dan barulah setelah itu para elit akan bergerak apabila melihat celah.
Dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk ikut bertarung.
Sesaat setelah para pembunuh dan petarung elit itu ikut bertarung, wajah Ivan kembali tenang.
Pada saat ini Randika masih mengayunkan pedangnya, pedangnya menancap di dada musuhnya yang berusaha menyerangnya dari depan. Pedang itu sampai mencuat keluar dan menusuk orang yang berdiri di belakangnya. Pada saat yang sama, Randika melepas genggamannya dan menendangnya lalu menahan serangan yang datang dari belakang.
Inilah keuntungan dari jumlah, Randika terus menerima serangan koordinasi tanpa henti dari segala arah. Lengah sedikit saja maka dia bisa terluka parah.
Ketika Randika menahan serangan dari belakangnya itu, 4 orang kembali berusaha membunuhnya. Randika menoleh untuk menilai situasi dan mengulurkan tangan kanannya. Randika terlihat hanya memiliki 1 tangan untuk menghadapi 4 orang, tetapi dalam waktu singkat, dia melancarkan 4 tinju super keras pada keempat orang tersebut.
Orang-orang yang melihat Randika sudah terpukau dengan pertarungan yang seharusnya berat sebelah ini. Mereka kagum sekaligus bersemangat karena telah bertemu dengan ahli bela diri yang sangat kuat. Adegan hebat seperti ini hanya bisa mereka lihat dari TV, mereka tidak mengira bisa melihatnya dengan kedua mata kepala mereka sendiri. Jika mereka memposting video ini di internet, pasti mereka akan menghasilkan banyak uang!
Hannah sangat bersemangat melihat Randika, dia ikut meninju-ninju udara sambil bersorak untuk Randika. "Rasakan! Terus kak, hajar mereka! Eh awas kananmu! Tidak kirimu juga, awas belakangmu!"
Mata Inggrid juga terpaku pada Randika, tetapi dia juga berusaha mencari celah untuk pergi. Sebelumnya dia sudah berusaha kabur bersama Hannah tetapi usaha mereka itu digagalkan oleh para orang berbaju hitam itu dan akhirnya berkat bantuan Randika mereka bersembunyi di balik batu. Inggrid juga sadar bahwa selama mereka ada di sini, mereka akan menjadi beban bagi Randika.
Pertarungan hidup dan mati terus berlanjut, Randika mengulurkan kedua telapak tangannya dan ledakan energi yang kuat langsung menghempaskan lawannya. Lawannya yang menerjang itu tersapu oleh angin yang kuat dan terpental jauh.
Hebat sekali!
Hannah kembali bersorak dengan semangat, sementara orang-orang bingung apa yang telah terjadi. Kenapa orang-orang itu tiba-tiba terpental?
Wajah Ivan kembali muram, dia tidak menyangka Randika akan sekuat ini.
Sekarang orang berbaju hitam dan para pembunuh itu sisa 10 orang, mereka tidak berani maju. Randika yang bajunya compang-camping dan bersimbah darah itu menatap Ivan sambil tersenyum. "Orang-orang yang kamu bawa ternyata cuma segini?"
Dengan kata lain, kamu tidak bisa membunuhku dengan orang seperti ini.
Siapa dirinya? Dia adalah salah satu Dewa dari 12 Dewa Olimpus, bisa dikatakan bahwa di dunia ini hanya ada 11 orang yang bisa membunuhnya!
Awalnya Ivan tidak ingin menggunakan Dark Knife dkk, tetapi sepertinya dia harus menggunakan jasa mereka untuk membunuh orang satu ini. Biaya yang diminta oleh Dark Knife sudah tidak masuk akal, oleh karena itu Ivan mengira tim pembunuhnya dan orang-orang dari daftar Dewa itu cukup menghadapi Randika. Hasilnya benar-benar bertolak belakang dengan harapannya.
Melihat sosok Randika yang berdiri diam itu, aura membunuhnya membuat siapapun yang melihatnya merinding. Para pendaki yang merekam Randika ini juga ikut merasakan darah mereka mendidih, sepertinya mereka akan melihat sosok legenda ahli bela diri Indonesia yang baru.
Bagaimanapun juga, tanpa bantuan Dark Knife dkk, Ivan tidak akan punya kesempatan untuk membunuh Randika.